MASYARAKAT
PEDESAAN DAN PERKOTAAN
Diajukan untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester
Mata Kuliah : Bahasa Indonesia
Dosen pengampu: Indrya Mulyaningsih, M.pd.
Oleh : Yusri’ah
BIMBINGAN KONSELING ISLAM
ADAB DAKWAH DAN USHULUDDIN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI CIREBON
2012
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang masalah.
Kita tentunya telah paham bahwa manusia adalah mahluk sosial
yang tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain, olehnya itu sebagai mahluk sosial
manusia memiliki kecendrungan hidup bermasyarakat untuk memenuhi kebutuhannya
berinteraksi dengan orang lain.
“Dalam bahasa ingris masyarakat disebut society yang berasal dari bahasa latin yaitu socius yang berarti teman atau kawan[1][1]”.
Hal lain yang menjadi unsur utama suatu masyarakat adalah
wilayah, setiap wilayah suatu masyarakat memiliki perbedaan dalam beberapa hal
antar satu sama lain misalnya perbedaan bahasa, perbedaaan norma, perbedaan
adat istiadat, perbedaan budaya dan lain-lain.
Misalnya saja masyarakat bugis memiliki bahasa yang berbeda
dengan masyarakat jawa timur, atau masyarakat sunda memiliki kebudayaan yang
berbeda dengan kebudayaan masyarakat batak, begitu pula dengan masyarakat yang
hidup di daerah pedesaan tentunya memiliki perbedaan dengan masyarakat yang
hidup di daerah perkotaan baik budaya, gaya hidup, pola pikir, dan lain-lain.
B. Rumusan
masalah.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka yang menjadi
fokus utama pembahasan makalah kami ini adalah sebagai berikut
1. Bagaimana definisi masyarakat?
2. Bagaimana definisi masyarakat pedesaan?
3.
Bagaimana definisi masyarakat perkotaan?
4. Bagaimana akibat dari urbanisasi?
5.
Bagaimana faktor-faktor
pendorong dan penghambat mobilitas sosial?
C. Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk
1. Mengetahui
definisi masyarakat
2. Mengetahui
definisi masyarakat pedesaan
3. Mengetahui
definisi masyarakat perkotaan
4. Mengetahui
akibat dari urbanisasi
5. Mengetahui
faktor-faktor pendorong dan penghambat mobilitas sosial
BAB II PEMBAHASAN
2.1 LANDASAN TEORI
Definisi singkat
tentang masyarakat.
“Dalam
bahasa ingris masyarakat disebut society yang berasal dari bahasa latin yaitu
socius yang berarti teman atau kawan[2][2]”.
Sedangkan
“kata masyarakat sendiri berasal dari
bahasa arab yaitu syirk yang berarti bergaul[3][3]”, selain itu ada pula yang berpendapat bahwa “Masyarakat
berasal dari kata bahasa arab syakara yang berarti turut serta[4][4]”.
Masyarakat
pedesaan.
Desa merupakan salah satu lingkup terkecil pada sistem pemerintahan
di negara kita ini, cakupan luas wilayah desa biasanya tidak terlalu luas dan
dihuni sejumlah keluarga, biasanya mayoritas masyarakat pedesaan bekerja di
bidang agraria.
Didalam UU no. 5 tahun 1979 dijelaskan bahwa desa adalah
“suatu wilayah yang ditempatti oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintah terendah langsung di
bawah camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan
negara kesatuan republik indonesia[5][5]”.
Menurut Sutardjo Kartodikusumo desa merupakan “suatu
kesatuan hukum di mana bertempat tinggal suatu masyarakat yang berkuasa
mengadakan pemerintahan sendiri[6][6]”.
Paul H. Landis berpendapat bahwa desa adalah “suatu wilayah
yang penduduknya kurang dari 2.500 jiwa dengan ciri-ciri sebagai berikut :
1. Mempunyai pergaulan hidup
yang saling mengenal.
2. Adanya ikatan perasaan yang
sama tentang kebiasaan.
3. Cara berusaha bersifat
agraris dan sangat dipengaruhi oleh fakta-fakta alam, misalnya iklim,
topografi, dan sumber daya alam[7][7]”.
Masyarakat
perkotaan
Menurut Wirth kota adalah “suatu pemilihan yang cukup besar,
padat dan permanen, dihuni oleh orang-orang yang heterogon kedudukan sosialnya[8][8]”.
Masyarakat perkotaan biasanya tidak mencampur adukan antara
hal-hal yang bersifat emosional dengan hal-hal yang bersifat rasional.
Urbanisasi
Urbanisasi yaitu suatu proses berpindahnya penduduk dari desa ke
kota atau dapat pula dikatakan bahwa urbanisasi merupakan proses terjadinya
masyarakat perkotaan. (soekanto,1969:123 ).
Sebab-sebab Urbanisasi:
1.
Faktor-faktor yang mendorong penduduk desa untuk meninggalkan daerah
kediamannya (Push factors).
2.
Faktor-faktor yang ada dikota yang menarik penduduk desa untuk pindah dan
menetap dikota (pull factors).
Hal – hal
yang termasuk push factor antara lain :
1.
Lapangan kerja di desa kurang.
2.
Tempat rekreasi tidak ada.
3.
Penduduk desa, terutama kaum muda, merasa tertekan oleh oleh adat istiadat yang
ketat sehingga mengakibatkan suatu cara hidup yang monoton.
4.
Didesa tidak banyak kesempatan untuk menambah ilmu pengetahuan.
5.
Kegagalan panen yang disebabkan oleh berbagai hal, seperti banjir, serangan
hama, kemarau panjang, dsb. Sehingga memaksa penduduk desa untuk mencari
penghidupan lain dikota.
Hal – hal
yang termasuk pull factor antara lain :
1. Penduduk
desa kebanyakan beranggapan bahwa dikota banyak pekerjaan dan lebih mudah
untuk mendapatkan penghasilan
2.
Dikota lebih banyak kesempatan untuk mengembangkan usaha kerajinan rumah
menjadi industri kerajinan.
3.
Pendidikan terutama pendidikan lanjutan, lebih banyak dikota dan lebih mudah
didapat.
4.
Kota dianggap mempunyai tingkat kebudayaan yang lebih tinggi dan merupakan
tempat pergaulan dengan segala macam kultur manusianya.
5.
Kota memberi kesempatan untuk menghindarkan diri dari kontrol sosial yang ketat
atau untuk mengangkat diri dari posisi sosial yang rendah (Soekanti, 1969 :
124-125 ).
2.2 Analisis
Pengertian
masyarakat
Masyarakat adalah sekumpulan individu
yang hidup bersama dalam waktu yang relatif lama.
Adapun
syarat suatu kelompok disebut sebuah
masyarakat adalah sebagai berikut :
1. Beranggotakan minimal 2
orang.
2. Anggotanya sadar sebagai
suatu kesatuan.
3. Berhubungan dalam waktu
yang cukup lama yang menghasilkan manusia baru yang saling berkomunikasi dan
membuat aturan –aturan hubungan antar anggota masyarakat.
4. Menjadi sistem hidup
bersama yang menimbulkn kebudayaan serta keterkaitan satu sama lain sebagai
anggota masyarakat.
Ciri sebuah masyarakat yang baik adalah sebagai berikut :
1. Ada sistem tindakan utama.
Untuk menciptakan masyarakat yang baik diperlukan
sebuah sistem utama yang mengatur segala
hal yang memiliki kaitan dengan kegiatan bermasyarakat, baik sistem yang
mengatur anggota masyarakat, kelompok masyarakat, dan hal lain yang
mempengaruhi kegiatan kemasyarakatan misalnya norma-norma yang mengatur tingkah
laku anggota masyarakat, konsekuensi yang diterima anggota masyarakat pada saat
melakukan pelanggaran aturan, kegiatan-kegiatan yang mampu mempererat keakraban
antar anggota masyarakat, dan lain-lain
2.
Saling setia dengan tindakan utama.
Masyarakat yang baik akan menaati setiap aturan-aturan yang
telah ditetapkan sebelumnya dalam sistem kemasyarakatan yang telah disepakati
bersama.
3.
Mampu bertahan lebih dari masa hidup seorang anggota.
Sebuah masyarakat yang mampu bertahan lebih dari masa hidup
seorang anggota menunjukkan masyarakat tersebut bukanlah masyarakat yang lemah,
sebab memiliki generasi penerus yang melestarikan keberadaan kelompok
masyarakat tersebut agar tidak punah tertelan oleh zaman.
4.
Sebagian atau seluruh anggota baru didapat dari kelahiran /reproduksi manusia.
Anggota baru yang terlahir dari anggota masyarakat akan
secara otomatis melestarikan keberadaan masyarakat itu sendiri, sebab secara
naluri seseorang akan mencintai tanah kelahirannya, dan menyandang asal usul
sesuai tempat lahirnya misalnya orang yang lahir dan besar di pinrang akan
disebut orang pinrang meskipun kelak ia
akan merantau atau pindah ke daerah lain.
Masyarakat
pedesaan
Secara umum karakteristik masyarakat pedesaan (rural
community) adalah masyarakat yang hidup bermasyarakat, yang biasanya nampak
pada perilaku keseharian mereka misalnya memiliki sifat kekeluargaan, kegiatan
gotong royong, saling tolong menolong, dan lain-lain.
Selain itu masyarakat pedesaan juga cenderung memperlihatkan
keseragaman, tidak suka menonjolkan diri, dan tidak suka dengan orang yang
berbeda pendapat dengan mereka.
Masyarakat pedesaan juga biasanya adalah masyarakat yang
homogen yaitu masyarakat yang hanya terdiri dari satu atau dua suku saja, dan
kebanyakan mereka masih memiliki pertalian persaudaraan antar satu sama lain.
hal ini mengakibatkan kurangnya daya saing antar Masyarakat pedesaan juga
biasanya adalah masyarakat yang homogen yaitu masyarakat yang hanya terdiri
dari satu atau dua suku saja, dan kebanyakan mereka masih memiliki pertalian
persaudaraan antar satu sama lain. hal ini mengakibatkan kurangnya daya saing
antar anggota masyarakat sebab mereka lebih mengutamakan hubungan kekeluargaan
dibanding harus bersaing yang menurut mereka dapat merusak hubungan
kekeluargaan.
Dalam hal profesi juga masyarakat pedesaan rata-rata
berprofesi sama, apalagi jika daerah pedesaan tersebut jauh dari jangkauan
pengaruh luar, misalnya daerah pedesaan yang terletak di daerah pegunungan,
rata-rata masyarakat desa tersebut berprofesi sebagai petani.
Masyarakat
perkotaan
Masyarakat perkotaan biasanya tidak mencampur adukan antara
hal-hal yang bersifat emosional dengan hal-hal yang bersifat rasional.
Selain itu, sebagian masyarakat perkotaan hidup dengan pola
individualistik dengan tidak menggantungkan dirinya pada bantuan orang lain,
sebab masyarakat perkotaan seperti ini biasanya tidak saling mengenal dengan
orang-orang di lingkungannya bahkan dengan tetangganya sendiripun tidak saling
kenal.
Tidak hanya pola hidupnya yang individualistik, beberapa
anggota masyarakat perkotaan hidup dengan gaya hidup matrealistik hanya berfokus mengejar kehidupan didunia
tanpa memikirkan kehidupannya di akhirat kelak, hal ini berimbas pada sisi
spiritual masyarakat perkotaan yang rendah bahkan mungkin ada yang sama sekali
tidak memperdulikan lagi hal-hal yang berbau religi.
Hal lain yang menonjol pada masyarakat perkotaan adalah pola
pembagian tugas yang tegas dengan batas-batas yang jelas. Selain itu di daerah
perkotaan anggota masyarakat memiliki banyak pilihan alternatif pekerjaan,
meskipun harus tetap melalui persaingan untuk meraih peluang yang ada.
Alur kehidupan yang berjalan cepat di daerah perkotaan
membuat masyarakat perkotaan sangat menghargai waktu, hal ini membuat masyarakat
perkotaan mampu memanage waktunya dengan baik dan teliti.
Akibat
Urbanisasi
Hubungan antara desa dan kota
bersifat timbal balik dalam arti baik desa maupun kota keduanya saling
mempengaruhi. Salah satu wujud hubungan masyarakat desa dan masyarakat kota
adalah urbanisasi. Selanjutnya proses urbanisasi akan menimbulkan dampak lebih
jauh lagi baik di desa maupun di kota.
1. Dampak di kota
Adanya urbanisasi yang besar-besaran akan memberikan dampak yang kurang
baik di kota, antara lain:
a. Terbentuknya suburbanisasi
Sub
urbanisasi adalah tempat-tempat pemukiman baru di pinggiran kota yang diakibatkan oleh perluasan kota.
b. Makin meningkatnya tuna karya atau
pengangguran
Banyak
sekali masyarakat desa yang datang ke kota tanpa bekal yang cukup atau
ketrampilan yang memadai sehingga dikotapun tidak mendapatkan pekerjaan. Hal
ini semakin menambah pengangguran dikota.
c. Makin meningkatnya kejahatan dan
kriminalitas.
Karena
pengangguran makin meningkat, sementara kebutuhan hidup makin mendesak banyak
orang yang menghalalkan segala cara untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Contoh:
Pencurian, penipuan, perampokan dll.
d. pertambahan penduduk kota yang pesat menimbulkan masalah perumahan.
2. Dampak di desa
Dampak
urbanisasi tidak hanya terjadi di masyarakat kota saja. Tapi juga sangat
berpengaruh bagi masyarakat desa tempat para urban berasla. Adapun dampaknya
antara lain:
a.
Berkurangnya tenaga terampil dan terdidik di desa.
b.
Produktivitas pertanian di desa menurun.
c.
Meningkatnya tindak kriminalitas di kota menyebabkan penduduk kota mulai
mengurangi penduduk desa yang masuk.
d.
Meningkatnya pengangguran di kota dan juga di desa.
e.
Sepinya penduduk desa, menyebabkan berkurangnya penduduk
Faktor
pendorong dan penghambat mobilitas sosial
1. Faktor Pendorong Mobilitas
Sosial :
a. Faktor Struktural
Faktor struktural adalah jumlah relatif dari kedudukan tinggi yang bisa dan harus diisi serta kemudahan untuk memperolehnya. Adapun yang termasuk dalam cakupan faktor struktural adalah sebagai berikut :
Faktor struktural adalah jumlah relatif dari kedudukan tinggi yang bisa dan harus diisi serta kemudahan untuk memperolehnya. Adapun yang termasuk dalam cakupan faktor struktural adalah sebagai berikut :
a) Struktur Pekerjaan Disetiap
masyarakat terdapat beberapa kedudukan tinggi dan rendah yang harus diisi oleh
anggota masyarakat yang bersangkutan
b) Perbedaan Fertilitas Setiap
masyarakat memiliki tingkat ferilitas (kelahiran) yang berbeda-beda. Tingkat
fertilitas akan berhubungan erat dengan jumlah jenis pekerjaan yang mempunyai
kedudukan tinggi atau rendah.
c) Ekonomi Ganda Suatu negara
mungkin saja menerapka sistem ekonomi ganda (tradisional dan modern), contoh
nya di negara-negara Eropa barat dan Amerika. Hal itu tentu akan berdampak pada
jumlah pekerjaan, baik yang bersetatus tinggi naupun rendah.
b. Faktor Individu
Faktor individu adalah kualitas seseorang , baik
ditinjau dari segi tingkat pendidikan, penampilan, maupun keterampilan pribadi.
Faktor Individu meliputi :
a) Perbedaan Kemampauan Setiap
individu memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Mereka yang cakap mempunyai
kesempatan dalam mobilitas sosial.
b) Orientasi Sikap terhadap
mobilitas Banyak cara yang di lakukan oleh para individu dalam meningkatka
prospek mobilitas sosialnya, antara lain melalui pedidikan, kebiasaan kerja,
penundaan kesenangan, dan memperbaiki diri.
c) Faktor kemujuran Walaupun
seseorang telah berusaha keras dalam mencapai tujuannya, tetapi kadang kala
mengalami kegagalan.
c. Faktor
Ekonomi
Keadaan ekonomi dapat menjadi pendorong terjadinya mobilitas
sosial. Orang yang hidup dalam keadaan ekonomi yang serba kekurangan, misalnya
daerah tempat tinggal nya tandus dan kekurangan SDA, kemudian berpindah tempat
ke tempat yang lain atau ke kota besar. Secara sosiologis mereka dikatakan
mengalami mobilitasi.
d. Faktir Politik
Situasi Politik dapat menyebabkan terjadinya mobilitas
sosial suatu masyarakat dalam sebuah negara. Keadaan negara yang tidak menentu
akan mempengaruhi situasi keamanan yang bisa mengakibatkan terjadinya mobilitas
manusia ke daerah yang lebih aman.
e. Faktor Kependudukan (Demografi)
Faktor kependudukan biasanya menyebabkan mobilitas dalam
arti geografik. Di satu pihak, pertambahan jumlah penduduk yang pesa mengakibatkan
sempitnya tempat permukiman, dan di pihak lain kemiskinan yang semakin
merajalela. Keadaan demikian yang membuat sebagian warga masyarakat mencari
tempat kediaman lain.
2.Faktor penghambat mobilitas sosial
Ada beberapa faktor penting yang justru menghambat mobilitas sosial. Faktor-faktor penghambat itu antara lain sebagai berikut :
Ada beberapa faktor penting yang justru menghambat mobilitas sosial. Faktor-faktor penghambat itu antara lain sebagai berikut :
a. Kemiskinan Faktor
ekonomi dapat membatasi mobilitas sosial. Bagi masyarakat miskin, mencapai
status sosial tertentu merupakan hal sangat sulit
b. Diskriminasi Kelas Sistem
kelas terturup dapat menghalangi mobilitas ke atas, terbukti denga adanya
pembatasab keanggotaan suatu orgnisasi tertentu dengan berbagai syarat dan
ketentuan. seperti yang terjadi di Afrika Selatan di masa lalu, dimana ras
berkulit putih berkuasa dan tidak memberi kesempatan kepada mereka yang
berkulit hitam untuk dapat duduk bersama-sama di pemerintahan sebagai penguasa.
Sistem ini disebut Apharteid dan dianggap berakhir ketika Nelson Mandela,
seorang kulit hitam, terpilih menjadi presiden Afrika Selatan
c. Perbedaan Ras dan
Agama Dalam sistem kelas tertutup dapat memungkinkan terjadinya mobilitas
vertikal ke atas. Dalam agama tidak dibenarka seseorang dengan sebebas-bebasnya
dan sekehendak hatinya berpindah-pindah agama sesuai keinginannya.
d. Perbedaan jenis kelamin
(Gender) Dalam masyarakat, pria di pandang lebih tinggi derajatnya dan
cenderung menjadi lebih mobil daripada wanita. Perbedaan ini mempengaruh dala
mencapai prestasi, kekuasaan, status sosial, dan kesempatan-kesempatan dalam
masyarakat.
e. Faktor Pengaruh
Sosialisasi yang Sangat kuat Sosialisasi yang sangat atau terlampau kuat dalam
suatu masyarakat dapat menghambat proses mobilitas sosial. Terutama berkaitan
dengan nilai-nilai dan adat yang berlaku
DAFTAR
PUSTAKA
Arif R,
Y.C.N. Sutarini dan Murtamadji. 2004. Sosiologi.
Klaten: PT Macanan Jaya Cemerlang
Atoshoki Antonius. Dkk. 2005. Relasi
dengan sesama. Jakarta: PT. Eleks media komputindo.
Indah, Pengertian dan definisi desa,
http://carapedia.com/pengertian_definisi_desa_info2128.html, diunduh pada Rabu, 12
Desember 2012 pukul 14.30 WIB
Ismawati,
Esti. 2012. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Yogyakarta:
Ombak
Soelaeman,
M.Munandar. 2008. Ilmu Sosial Dasar.
Bandung: PT.Refika Aditama
Vics, Masyarakat perkotaan, http://fikrigundar.blogspot.com/2012/01/pengertian-
masyarakat-perkotaan.html diunduh pada Rabu, 12 Desember 2012 pukul
15.05 WIB
Waluya Bagja. 2007. Sosiologi:
Menyelami fenomena sosial di masyarakat. Bandung: PT. Setia puma invest.
Soelaeman,
M.Munandar. 2008. Ilmu Sosial Dasar.
Bandung: PT.Refika Aditama
[1][1] Bagja Waluya, Sosiologi:
Menyelami fenomena sosial di masyarakat, (Bandung: PT. Setia puma inves, 2007),
hal. 6.
[3][3] Antonius Atoshoki, dkk,
Relasi dengan sesama, (Jakarta: PT. Eleks media komputindo, 2005), hal. 31.
[5][5] Indah, Pengertian dan
definisi desa, http://carapedia.com/pengertian_definisi_desa_info2128.html
[8][8] Vics, Masyarakat perkotaan,
http://fikrigundar.blogspot.com/2012/01/pengertian-masyarakat-perkotaan.html
Tambahkan tulisan 'link ke www.iaincirebon.ac.id'
BalasHapusSelamat....teruskan menulis. Tugas ini hnya sebagai pembuka. Semoga ke depan, tulisannya menjadi lebih baik